Menjadi Desainer Cover Buku (lokal) Itu Perih, Jendral!

by | Nov 1, 2018 | Kisah Freelancer, Persona | 2 comments

Mendesain Cover Buku. Saya dulu nggak ngira profesi ini ada. Bahkan jadi duit. Banyak lagi šŸ˜Š

Yang saya ingat dulu, buku ya covernya kayak gitu-gitu aja. Kayak buku SD yang ikonik gambar Budi dan adik-adiknya berangkat sekolah. Kelas 1 warnanya merah, kelas 2 hijau, kuning, biru. Kayak bendera partai. Yang buat pun satu orang, entah dibayar atau nggak. Layout dalamnya? Jangan tanya.

Itu dulu.

Sekarang cover buku pelajaran sudah bagus-bagus. Covernya berwarna layout dalammya menarik, penuh gambar. Nggak cuma buku pelajaran, buku yang nggak buat belajar pun bagus-bagus. Makin keren lah. Dan pihak penerbit pun berlomba lomba membuat cover buku semenarik mungkin, biar pada beli.

Ini menghasilkan kebutuhan akan desain dan desainer yang handal. Maka terpanggillah hati saya untuk mengisi kebutuhan ini (padahal aslinya untuk mengisi kebutuhan hidup). Cover buku saya yang pertama berjudul ā€œTragedi Bom Marriottā€ terbitan penerbit pensil 324. Kalo saya lihat kadang sedih campur bangga liat desain saya yang pertama itu.

Setelah itu melanglanglah saya di jagat desain cover buku, modalnya cuma nekat. Lah wong saya gak pernah belajar desain.

Tercatat sampai sekarang hampir 500 judul buku lokal yang pernah saya desain. Kalau penerbit, ya ada 20-an penerbit yang memakai jasa saya dari tahun 2010. Dulu setiap bulan saya biasa desain sampai 20 judul buku. Itu karena salah satu penerbit di Jogja bisa menerbitkan hampir 60 judul buku per bulan. Itu dulu.

Sekarang masa keemasan itu sudah berubah. Dimulai dengan salah satu jaringan toko buku terbesar di Indonesia yang mengubah konsep tokonya. Dari toko buku menjadi toko alat tulis. Lapak buku yang biasanya 60% berubah menjadi 30%-40%, dan semakin berkurang. Otomatis penjualan buku juga ngedrop dan penerbit pun akan berguguran. Hal ini dipicu juga dengan perkembangan teknologi online yang luar biasa. Materi-materi yang ada pada buku saat ini lebih mudah ditemukan di internet. Dengan kata kunci di mesin pencari, informasi yang diperlukan sudah terpampang di layar komputer atau perangkat genggam tanpa perlu buku dan membolak-balikkan halamannya. Dan tentunya orang lebih suka beli kuota untuk ngelihat Via Valen di Youtube daripada menyisihkan uangnya untuk beli buku. Hadeehā€¦

Berdasarkan buku Industri Perbukuan Indonesia dalam Angka dan Fakta 2015 yang diterbitkan Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia), Indonesia memiliki sekitar 1.328 penerbit buku anggota Ikapi dan sekitar 109 penerbit non-Ikapi. Dari seribuan lebih penerbit, hanya sekitar 711 penerbit yang aktif dalam memproduksi buku baru.

Dan sekarang pasti turun tajam. Angka pastinya sulit diketahui, tapi terlihat dengan sepinya jumlah buku di toko-toko buku. Hal ini sebenarnya sudah diantisipasi dengan dibukanya jalur penjualan buku online, tapi sekali lagi orang lebih suka membeli kuota daripada membeli buku.

Akhirnya saya pun terdepak dari jagad perdesaineran buku lokal dengan kata ā€œkeadaan sulit mas, kita dengan terpaksa tidak bekerjasama lagiā€. Dan mungkin banyak yang senasib dengan saya. Tapi sebenarnya ini nggak jadi problem. Karena sebenarnya pangsa desain cover buku lokal itu tidak indah. Di samping bayarannya sedikit, kliennya kebanyakan revisi, pembayaran gak jelas (kadang nunggu buku terbitā€¦6 bulanā€¦nah loooo), itu yang saya rasakan. Perihnya lagi kalo ada yang bilang ā€œKita kan teman, masa mbayar?ā€ #crazypoorclient

Maka beralihlah saya ke pangsa luar

Pangsa luar sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan. Kenapa? Karena buku di luar negeri tidak hanya mengandalkan buku fisik, tapi juga ebook. Sehingga tidak terlalu tergerus dengan perkembangan internet. Bahkan hampir 60% buku yang saya desain adalah ebook. Ebook ini banyak dibuat oleh author yang merangkap sebagai motivator.

Disamping itu satu desain cover buku bisa dikembangkan ke berbagai macam varian desain. Seperti diredesain menjadi CD, Cover box CD, banner iklan facebook, facebook banner group, cover youtube, web desain. Hal ini disebabkan author lebih total untuk mempromosikan bukunyam sehingga materi desain promo sangat dibutuhkan. Mereka cenderung menjadi Author yang menerbitkan secara indie dan menjualnya di kindle, amazon.com.

Sering saya ditanya, kok bisa mas jualan dengan pangsa luar?

Gini ceritanya, alkisah setelah saya ditendang dari freelance designer sebuah penerbit, saya sempat down.Ā  Kebetulan saya bekerja di salah satu surat kabar di Jogja sebagai staff desain. Dan temen temen banyak yang ngontes. Tahu lah marketplace desain yang berwarna orange itu, 99designs.com. Percobaan pertama saya salah jalur ngambil kontes logo. Walhasil sampai kontes ke 7 saya belum pernah dapat bintang ā˜¹. Then saya pindah jalur ke kontes buku, usaha ke 12 akhirnya jebol. Alhamdulillah.

Selain 99designs, masih banyak marketplace yang bisa dicoba, seperti Upwork, Freelancer.com, Fiverr.com.

Dari situlah saya perlahan dapat klien. Intinya klien yang kita dapatkan di marketplace atau kontes sebisa mungkin kita mintai alamat emailnya, dengan kita mempunya email mereka kita akan mudah memasarkan diri ke mereka agar langsung order ke kita tanpa melalui marketplace.

Tinggal dikembangin gimana performa kita dari jaga kualitas, update trend desain, menjaga deadline. Itu yang penting. Percayalah klien bule nggak serewel lokal. Bonusnya banyak pula.

Setelah kepercayaan kita dapat, biasanya mereka akan merekomendasikan ke teman-temannya. Well, itu yang kita nantikan. Pokoknya kalo sama bule jangan sampai nggak ngabarin kalo deadline nggak kecapai. Jaga deh kepercayaan mereka dengan memberi alasan yang rasional kalo gak kelar kerjaan kita sesuai deadline. Jangan lupa juga usahakan berteman dengan mereka di Facebook, LinkedIn, Twitter and sosmed lainnya. Biar kita bisa sampaikan happy birthday saat mereka ultah. Hal kecil-kecil gini sangat berpengaruh. Kalo duit cukup saya sesekali kirimin sesuatu ke mereka, semisal cenderamata, kaos, atau barang-barang etnik khas Indonesia. Pasti. Pasti mereka order lagi. Dan jangan lupa buat web kita sebagai penarik. Dengan konsisten menjalankan tips ini, saya bisa melayani sekitar ratusan cover buku dari klien mancanegara, dengan rata-rata $200 per covernya, bahkan ada yang mencapai $700.

Jadi, advis bagi para desainer cover buku lokal yang belum nyoba pangsa luar: Cobalah! Mumpung dollar lagi meroket!

Salam freelancing,

Zizi Iryaspraha Subiyarta

KFI member, www.pagatana.com