Beberapa Pilihan Investasi Ala Freelancer
Banyak ahli finansial bilang, jangan nabung di bawah bantal. Selain tidak aman, keburu dihajar sama inflasi. Freelancer punya konsep budgeting yang rada berbeda dengan karyawan pada umumnya di Indonesia yang digaji bulanan. Freelancer ada yang gajinya mingguan, 2 mingguan, atau bahkan juga bulanan. Itu pun dengan nominal yang tidak selalu sama. Bulan ini bisa sangat tinggi, bisa pula bulan depan lebih tinggi lagi. Atau tidak samasekali.
Ketika memulai karir sebagai freelancer, kita paham bahwa freelancer cenderung tidak memiliki fasilitas standard dari institusi. Sehingga beberapa konsekuensi yang jelas dari pilihan karir ini :
- Freelancer cenderung kesulitan mendapatkan akses kredit dari perbankan.
- Freelancer cenderung tidak memiliki termasuk dana pensiun atau asuransi.
- Freelancer juga jarang mendapat fasilitas paid business traveling & uang saku perjalanan.
Maka dari itu, untuk mendapatkan sesuatu yang diidam-idamkan, dan juga untuk mengurangi resiko, kita biasanya berjuang sendiri dengan cara menabung konvensional. Tapi kalau kata salah satu orang terkaya di bumi, Warren Buffet:
”Jangan pernah bergantung pada hanya satu sumber pendapatan. Berinvestasilah untuk menciptakan sumber kedua.” “Jika Anda tidak menemukan cara untuk menghasilkan uang ketika Anda tidur, Anda akan bekerja hingga Anda mati.”
Banyak freelancer Indonesia berpenghasilan puluhan juta per bulan mengaku tidak punya tabungan. Dan saat project long term dicancel, kelimpungan dan akhirnya kembali “ngepet” cari project dari malam hingga pagi di depan komputer. Beberapa hal yang diharapkan orang, khususnya generasi milenial saat mulai investasi, pada umumnya : fleksibel, aman, mudah withdraw, pengelolaannya transparan, aplikasinya canggih, multiplatform dst. Khusus untuk freelancer yang sudah “mapan”, biasanya sudah memulai mencari opsi untuk investasi jangka panjang. Mari kita amati plus minus tipe investasi yang bisa kita mulai :
1. Tabung di Bank
Cara paling mudah untuk menabung ya diendapkan saja uangnya di bank. Sounds good, doesn’t work. Uang yang ditabung di rekening bank biasa, apalagi rekening utama, cenderung tidak terkendali karena terlalu mudah diambil atau dibelanjakan karena situasi darurat atau “darurat yang dibuat-buat”. Untuk mensiasati ini, biasanya orang akan membuka rekening kedua yang digunakan khusus untuk tabungan. Resiko nyaris tidak ada jika kita disiplin dengan budget yang dibuat. Keuntungan juga nyaris tidak ada, karena sesuai dengan jumlah uang yang ditabung ditambah sedikit bunga dari bank yang jumlahnya tidak signifikan dibanding uang yang ditabung. Jangka pendek oke-oke saja. Tapi untuk jangka panjang, tetap kalah dengan inflasi.
2. Deposito
Pada dasarnya hampir sama dengan menabung biasa di rekening bank. Bedanya deposito menawarkan bunga lebih tinggi. Fleksibilitas tergantung bank. Ada bank yang menawarkan jangka waktu 1 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Tapi sekarang ada juga bank yang memberikan menawarkan deposito yang bisa ditarik kapan saja. Resiko juga sama dengan menabung di rekening bank, nyaris tidak ada. Bedanya, deposito memaksa kita untuk lebih disiplin. Jika memilih deposito berjangka satu tahun, ya artinya benar-benar tidak bisa diambil selama setahun itu.
3. Emas (Logam Mulia)
Banyak orang bingung mulai investasi apa, apalagi modal tidak terlalu besar. Akhirnya banyak yang menyarankan beli emas saja. Tidak salah memang, karena investasi emas memang menawarkan stabilitas tinggi dan nilainya cenderung meningkat. Namun peningkatan harga emas tidak selalu cepat dan biasanya berbanding lurus dengan inflasi. Daripada disebut cari untung, tujuan beli emas lebih tepat kalau disebut untuk melindungi nilai harta. Oya, emas tidak harus disimpan sendiri. Beberapa lembaga menawarkan jasa penyimpanan emas, atau malah menawarkan tabungan emas dengan saldo berapa gram emas (misalnya tabungan emas PT Pegadaian). Untuk jangka panjang, nabung emas merupakan pilihan tepat. Tapi untuk jangka pendek, fluktuasi emas plus cost penyimpanan atau margin jual beli bisa jadi membuat Anda jadi rugi.
4. Tanah/Properti
Dibandingkan pilihan investasi di atas, tanah dan properti memang butuh modal cukup besar, tapi juga menawarkan potensi keuntungan jual yang tinggi dan dapat disewakan dengan penghasilan lumayan tanpa effort yang terlalu besar. Soal fleksibilitas pencairan, jelas tidak fleksibel kalau dibandingkan dengan jenis investasi lain. Karena jual beli tanah/properti tidak semudah tarik setor uang di ATM. Investasi tanah/properti hanya cocok untuk investor jangka panjang dengan modal cukup tinggi. Umumnya, harga tanah selalu meningkat apalagi kalau didukung faktor eksternal, misal pembangunan universitas, perkantoran, mall atau stasiun. Carilah peluang-peluang properti jual BU, dan usahakan untuk tidak menjual dalam keadaan terpepet. Jika Anda hendak mencicil properti tanpa lewat bank, harus sangat hati-hati melihat reputasi pengembangnya.
5. Saham
Untuk yang satu ini, pastikan kita harus melek ekonomi, punya pemahaman dan pengetahuan yang cukup agar tidak merugi. Warren Buffet sendiri juga menumbuhkan hartanya melalui saham. Banyak orang di seluruh dunia yang melepas pekerjaan utamanya agar bisa menjadi broker penuh waktu. Cerita pahit manisnya juga banyak, mulai dari kaya mendadak hingga miskin mendadak. Fleksibilitas pada investasi saham cukup tinggi. Potensi keuntungan bisa tinggi bisa rendah tergantung pada modal dan keputusan yang diambil. Dan tentunya juga terdapat potensi resiko yang sebanding karena fluktuasi harga saham. Tidak disarankan untuk investor pemula yang buta ekonomi, karena jatuh-jatuhnya hanya akan jadi perjudian. But still, worth trying if you understand the risk.
6. Reksadana
Bisa dibilang hampir sama dengan saham. Keuntungannya memang tidak setinggi saham, tapi juga resikonya juga lebih kecil. Modalnya awal cukup kecil. Dengan 100 ribu rupiah pun cukup untuk mulai menabung reksadana. Risiko fluktuasi harga juga terdapat di reksa dana saham karena berinvestasi pada saham. Meski demikian, secara persentase risiko tersebut lebih kecil dibandingkan investasi pada invidiual saham langsung karena manajer investasi diwajibkan melakukan diversifikasi. Untuk memulai, biasanya calon investor akan diwawancarai melalui survey untuk mengetahui profil resikonya.
7. ORI
Dikutip dari website resmi Kementerian Keuangan, ORI atau Obligasi Negara Ritel merupakan salah satu instrumen pembiayaan negara yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Mitra Distribusi di Pasar Perdana. Selain dijamin undang-undang karena resmi dari negara, modal awal untuk pembelian ORI adalah 1 juta rupiah dan maksimal 3 milyar. Keuntungan per tahun bervariasi tergantung pada masa penawaran. Sampai dengan artikel ini diturunkan, ORI sudah mencapai seri 15 dengan benefit 8.25% per tahun. Untuk pembukaan saat ini memiliki tenor 3 tahun dengan fixed rate. Detail lengkapnya bisa langsung cek ke https://www.kemenkeu.go.id/ori
8. Bisnis sendiri
Pembicaraan soal memulai bisnis selalu menarik dan ramai dibahas, walau pada kenyataannya sedikit sekali yang benar-benar memulai. Jangan memulai kecuali sudah cukup modal. Namun kuat modal dan ide pun tidak cukup apabila tidak disertai eksekusi yang solid. Untuk freelancer sendiri, banyak yang mengembangkan karir freelancingnya dengan membangun agensi berbasis projek atau bisnis berbasis produk atau bahkan mengkombinasikan keduanya. Ada juga yang memanfaatkan marketplace yang menawarkan layanan produksi dan pengiriman hingga kita hanya perlu fokus pada desain dan marketing seperti Amazon Merch, Teespring, dll. Franchising juga merupakan bisnis yang menarik untuk dilirik, dan dapat dipilih sesuai modal. Walaupun ada resiko modal tidak kembali, tapi tetap sebanding dengan potensi keuntungan yang bisa didapat jika usaha yang dipilih berkembang positif.
9. Berkoperasi
Koperasi adalah “open-source” nya badan hukum bisnis yang didukung UU. Masuk menjadi anggota koperasi sama dengan ikut memiliki bisnis tersebut. Meski tidak berbentuk saham, namun anggota dapat ikut mengarahkan keputusan koperasi via Rapat Anggota. Keuntungan financial didapat via pembagian SHU (sisa hasil usaha) di samping keuntungan yang lain seperti akses dana via program Simpan Pinjam atau Arisan yang lebih pro-komunitas (seperti simpan pinjam tanpa bunga yang ditawarkan KFI). Oleh karena itu, koperasi dapat menjadi gerakan ekonomi yang pas untuk membantu kepentingan para digital freelancer atau remote worker di Indonesia. Apalagi ditambah terbatasnya akses kredit perbankan serta bunga yang tinggi, koperasi dapat menjadi solusi permodalan dari dan untuk member. Cost investment koperasi cukup minimalis berupa Simpanan Pokok di awal dan Simpanan Wajib (yang dapat ditarik ketika retire), tapi dapat menawarkan keuntungan jangka panjang.
Tentu ada banyak pilihan-pilihan investasi lainnya, namun sebelum memulai sebaiknya perhatikan hal-hal ini:
- Pastikan Anda punya excess money yang aman dan bukan uang kebutuhan pokok sehari-hari. Hutang yang rasional bisa menjadi pilihan jika memang harus, namun jangan sampai terjebak lintah darat.
- Pastikan lembaga investasi yang dipilih tidak menawarkan keuntungan yang “too good to be true”. Jaminan dari OJK akan lebih membantu.
- Don’t put all your eggs in one basket. Jangan menabung di satu tempat saja. Bagi antara investasi jangka pendek dan jangka panjang.
- Selalu terapkan budgeting yang matang. Utamakan kebutuhan dasar rumah tangga, dana sosial dan darurat agar operasional pekerjaan utama tidak terganggu.
- Tenangkan pikiran dan perbanyak riset agar tidak terbawa nafsu jangka pendek ketika melakukan tindakan jangka panjang.
- ” Investasi ” yang juga tidak boleh dilupakan freelancer adalah investasi untuk peningkatan skill atau knowledge dan kesehatan. Jangan ngorbanin kesehatan punggung dan mata hanya karena kursi atau monitor murahan yang kurang nyaman.
- Selalu ingat kalau uang bukanlah tujuan utama, tapi hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar lagi.
Anda punya pendapat lain tentang investasi untuk freelancer? Silahkan tambahkan di komentar.